Pupuh Balakbak Aya Monyet

Pupuh Balakbak Aya Monyet: Sebuah Kisah Lucu dan Mendidik – Pupuh Balakbak Aya Monyet adalah sebuah karya sastra Sunda yang berbentuk pupuh. Pupuh adalah salah satu bentuk puisi Sunda yang terdiri dari 17 baris. Pupuh Balakbak Aya Monyet memiliki guru wilangan (jumlah suku kata) 15-15-19 dan guru lagu (bunyi akhir) a-a-e.

Pupuh Balakbak Aya Monyet

Pupuh Balakbak Aya Monyet menceritakan tentang sekelompok monyet yang sedang makan manggu di atas pohon. Dalam cerita tersebut, terdapat satu monyet yang ceroboh dan memakan kulit manggu yang pahit. Monyet lainnya yang melihat hal tersebut kemudian menegurnya. Monyet yang ceroboh tersebut kemudian belajar dari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.

Selain ceritanya yang lucu, Pupuh Balakbak Aya Monyet juga mengandung pesan moral yang mendidik. Pesan moral tersebut adalah bahwa kita harus berhati-hati dalam melakukan sesuatu, jangan sampai melakukan kesalahan yang dapat merugikan diri sendiri.

Latar Belakang

Pupuh Balakbak Aya Monyet diperkirakan berasal dari abad ke-19. Penulisnya tidak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan adalah seorang penyair Sunda bernama Mang Koko. Mang Koko adalah seorang penyair Sunda yang terkenal pada masanya. Ia telah menulis banyak karya sastra Sunda, termasuk pupuh, lagu, dan cerita rakyat.

Pupuh Balakbak Aya Monyet pertama kali diterbitkan dalam buku “Kumpulan Pupuh Sunda” karya Mang Koko pada tahun 1927. Buku tersebut berisi kumpulan pupuh Sunda yang ditulis oleh Mang Koko.

Struktur

Pupuh Balakbak Aya Monyet terdiri dari tiga bait. Bait pertama menceritakan tentang sekelompok monyet yang sedang makan manggu di atas pohon. Bait kedua menceritakan tentang satu monyet yang ceroboh dan memakan kulit manggu yang pahit. Bait ketiga menceritakan tentang monyet yang ceroboh tersebut belajar dari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.

  • Isi
  • Bait Pertama

Aya monyet ting guntayang dina tangkal nérékel
Jalu bikang jeung anakna sukan-sukan
Rarécét

  • Terjemahan:

Ada monyet bergelantungan di pohon nérékel
Jantan-betina dan anak-anaknya riang gembira
Bermain

Pada bait pertama, diceritakan sekelompok monyet yang sedang makan manggu di atas pohon nérékel. Monyet-monyet tersebut terdiri dari monyet jantan, betina, dan anak-anak. Mereka sedang bermain sambil makan manggu.

  • Bait Kedua

Tingcalekroh, tingcalekroh
Ngakanan manggu nu asak
Teu repeh

  • Terjemahan:

Dengar-dengar, dengar-dengar
Makan manggu yang sudah matang
Tanpa henti

Pada bait kedua, diceritakan bahwa monyet-monyet tersebut sedang makan manggu yang sudah matang. Mereka makan dengan lahap tanpa henti.

  • Bait Ketiga

Kocap aya monyet nu misah sorangan
Garetek
Kulit manggu pirang-pirang dihakanan
Diseget

  • Terjemahan:

Konon ada monyet yang terpisah sendiri
Diam-diam
Kulit manggu yang banyak dimakan
Diserut

Pada bait ketiga, diceritakan bahwa ada satu monyet yang terpisah dari kelompoknya. Monyet tersebut diam-diam memakan kulit manggu yang banyak. Kulit manggu tersebut pahit, tetapi monyet tersebut tidak menyadarinya.

  • Pesan Moral

Pupuh Balakbak Aya Monyet mengandung pesan moral yang mendidik. Pesan moral tersebut adalah bahwa kita harus berhati-hati dalam melakukan sesuatu, jangan sampai melakukan kesalahan yang dapat merugikan diri sendiri.

Dalam cerita tersebut, monyet yang ceroboh tersebut tidak menyadari bahwa kulit manggu yang dimakannya itu pahit. Ia hanya melihat bahwa manggu tersebut sudah matang dan enak. Akibatnya, ia mengalami kerugian karena harus memuntahkan manggu tersebut.

Dari cerita tersebut, kita dapat belajar untuk selalu berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Jangan sampai kita melakukan kesalahan yang dapat merugikan diri sendiri.

Penutup

Pupuh Balakbak Aya Monyet adalah sebuah karya sastra Sunda yang lucu dan mendidik. Cerita tersebut mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam melakukan sesuatu.

Bagikan:

Tinggalkan komentar