Atlet Pejalan Cepat Akan Dinyatakan Diskualifikasi Apabila

Atlet Pejalan Cepat Akan Dinyatakan Diskualifikasi Apabila – Jalan cepat adalah salah satu cabang olahraga atletik yang dilombakan dengan jarak tempuh 5 km, 10 km, 20 km, dan 50 km. Olahraga ini membutuhkan kecepatan, ketahanan, dan teknik yang baik agar dapat mencapai hasil yang optimal.

Namun, tidak semua orang dapat melakukan olahraga ini dengan mudah, karena ada beberapa aturan yang harus dipatuhi oleh para atlet pejalan cepat. Apabila aturan-aturan ini dilanggar, maka atlet tersebut akan mendapatkan hukuman berupa diskualifikasi, yaitu dikeluarkan dari perlombaan.

Lalu, apa saja aturan-aturan yang harus ditaati oleh para atlet pejalan cepat? Dan apa yang membuat atlet pejalan cepat akan dinyatakan diskualifikasi apabila melanggarnya? Mari kita simak penjelasannya di bawah ini.

Seorang Pejalan Cepat akan dinyatakan diskualifikasi apabila

Aturan Dasar Jalan Cepat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jalan cepat adalah gerak maju langkah kaki yang dilakukan sedemikian rupa sehingga kontak dengan tanah tetap terpelihara dan tidak terputus1. Selama melangkah, kaki atlet yang bergerak maju harus menyentuh tanah sebelum kaki belakang meninggalkan tanah1. Jadi, tidak boleh ada saat di mana kedua kaki atlet tidak menyentuh tanah secara bersamaan, karena itu akan dianggap sebagai lari, bukan jalan cepat.

Selain itu, menurut laman resmi Asosiasi Federasi Atletik Internasional (IAAF), ada dua aturan dasar yang harus dipenuhi oleh para atlet pejalan cepat, yaitu2:

  • Kaki yang mendukung harus lurus (yaitu tidak bengkok di lutut) dari saat tumit pertama kali menyentuh tanah sampai kaki tersebut berada di bawah badan.
  • Kaki yang bergerak maju harus menyentuh tanah dengan tumitnya terlebih dahulu. Atlet tidak boleh mendarat dengan telapak kakinya.

Aturan-aturan ini bertujuan untuk membedakan antara jalan cepat dan lari, serta untuk menjaga keindahan gerakan jalan cepat. Apabila atlet tidak memenuhi aturan-aturan ini, maka ia akan dianggap melakukan pelanggaran teknik, yang dapat berakibat diskualifikasi.

Cara Penilaian dan Diskualifikasi Jalan Cepat

Untuk menilai apakah atlet pejalan cepat telah mematuhi aturan-aturan teknik atau tidak, maka dibutuhkan beberapa orang yang bertugas sebagai juri jalan cepat. Juri-juri ini akan mengawasi gerakan kaki atlet dari berbagai sudut pandang, baik dari depan, samping, maupun belakang.

Juri-juri ini juga harus memiliki lisensi dari IAAF untuk dapat bertindak sebagai juri resmi. Apabila seorang juri melihat adanya pelanggaran teknik oleh atlet, maka ia akan memberikan peringatan kepada atlet tersebut dengan cara mengibaskan bendera berwarna kuning yang bertuliskan huruf R (untuk pelanggaran kaki yang bengkok di lutut) atau S (untuk pelanggaran kaki yang tidak mendarat dengan tumit terlebih dahulu).

Juri juga harus mencatat nama dan nomor atlet yang melakukan pelanggaran, serta jenis pelanggarannya, pada sebuah kartu yang disebut kartu peringatan. Setelah memberikan peringatan, juri harus mengirimkan kartu peringatan tersebut kepada seorang pejabat yang disebut chief judge, yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan menghitung jumlah kartu peringatan yang diterima oleh setiap atlet.

Chief judge juga memiliki hak untuk memberikan peringatan langsung kepada atlet tanpa melalui juri lain, apabila ia melihat adanya pelanggaran yang jelas dan nyata. Jumlah maksimal kartu peringatan yang boleh diterima oleh seorang atlet adalah tiga. Apabila seorang atlet telah menerima tiga kartu peringatan dari tiga juri yang berbeda (tidak termasuk chief judge), maka atlet tersebut akan dinyatakan diskualifikasi.

Chief judge akan memberitahukan diskualifikasi tersebut kepada atlet dengan cara mengibaskan bendera berwarna merah yang bertuliskan huruf D. Atlet yang didiskualifikasi harus segera meninggalkan lintasan dan tidak boleh melanjutkan perlombaan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran dan Diskualifikasi Jalan Cepat

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya pelanggaran dan diskualifikasi dalam jalan cepat, di antaranya adalah:

  • Kelelahan. Semakin lama durasi perlombaan, semakin besar kemungkinan atlet mengalami kelelahan, baik fisik maupun mental. Kelelahan dapat menyebabkan atlet kehilangan konsentrasi, koordinasi, dan kontrol atas gerakan kakinya, sehingga lebih mudah melakukan pelanggaran teknik.
  • Tekanan. Perlombaan jalan cepat merupakan ajang yang kompetitif dan menegangkan, di mana atlet harus berusaha untuk mencapai posisi terdepan dengan kecepatan yang tinggi. Tekanan ini dapat membuat atlet merasa cemas, gugup, atau panik, yang dapat mengganggu keseimbangan dan ritme gerakannya. Tekanan juga dapat berasal dari faktor eksternal, seperti penonton, media, atau lawan.
  • Kondisi lintasan. Lintasan yang digunakan untuk perlombaan jalan cepat harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh IAAF, seperti lebar, panjang, permukaan, dan kelengkungan. Lintasan yang tidak memenuhi standar ini dapat menyulitkan atlet untuk menjaga teknik jalan cepatnya, terutama pada bagian yang menanjak, menurun, atau berbelok. Selain itu, kondisi cuaca, seperti suhu, kelembaban, atau angin, juga dapat mempengaruhi kinerja atlet.
  • Strategi. Setiap atlet memiliki strategi yang berbeda-beda dalam mengikuti perlombaan jalan cepat, seperti memilih tempo, ritme, atau posisi yang sesuai dengan kemampuannya. Strategi ini dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi perlombaan, seperti saat mengejar, menyalip, atau menjaga jarak dengan lawan. Strategi ini dapat mempengaruhi teknik jalan cepat atlet, baik secara positif maupun negatif, tergantung pada seberapa baik atlet menguasai dan menyesuaikan strateginya.

Kesimpulan

Jalan cepat adalah olahraga yang menarik dan menantang, tetapi juga memiliki aturan-aturan yang ketat yang harus dipatuhi oleh para atletnya. Atlet pejalan cepat akan dinyatakan diskualifikasi apabila melakukan tiga pelanggaran teknik selama perlombaan, yaitu kaki yang tidak lurus di lutut, kaki yang tidak mendarat dengan tumit.

Bagikan:

Tinggalkan komentar